Pagi
yang cerah. Tapi tidak secerah hatiku yang memburam. Kilasan gambar dan
bayangan yang baru saja masuk dalam pikiranku kemarin sore terus merasukiku
semakin dalam dan hampir membuatku sesak napas. Sesuatu seperti terentak dan
tertarik ke arah yang berlawanan di suatu tempat di dadaku. Dan rasanya sakit.
Tanganku
yang masih mengenggam guling, memeluknya lebih erat dan merapatkan selimut ke
tubuhku. Kupejamkan mataku, aku tidak ingin bangun sekarang. Tapi justru
kilasan itu semakin jelas di mataku yang tertutup, seolah aku sungguh
melihatnya sekarang.
Tepat
di pelupuk mataku yang terpejam aku bisa melihat bayangan mereka. Duduk di
bangku teras dekat parkiran. Mata yang saling memandang. Tangan yang terjalin
dibawahnya. Aku bahkan tidak sanggup untuk memperpanjang kunjunganku di
parkiran. Aku tidak peduli lagi bahwa motorku masih ada disana. Aku langsung
menghambur ke rumah temanku yang ada di dekat sekolah. Lebih lama disana dan
aku hanya akan menyakiti hatiku sendiri dengan sia-sia.
Aku
tidak ingat persis bagaimana aku bisa sampai di rumah setelahnya. Tapi yang
jelas motorku tiba dengan selamat walaupun aku tidak ingat mengendarainya. Yang
kuingat hanyalah bayangan di parkiran itu dan rasa sakit di dadaku. Suatu
mukjizat aku tidak mengalami kecelakaan.
Air
mataku menetes satu-satu tanpa kusadari. Tiba-tiba saja bantalku sudah basah
karenanya. Aku menghapusnya dengan buru-buru, membersihkan wajahnya dari
tetesan air mataku. Namun semakin aku berusaha menghapusnya, semakin deras air
mataku. Setahuku aku bukan cewek cengeng yang nangis sesenggukan cuma gara-gara
liat orang pacaran. Tapi karena “dia” yang pacaran, aku jadi tidak bisa menahan
perasaanku sendiri.
Sudah
sejak SMP aku naksir dengan “dia”, tapi tidak pernah dapet kesempatan untuk
PDKT dengannya. Dan tiba-tiba saja di depan mataku tersaji pemandangan seperti
itu. Well, bisa apa aku? Yang kubisa kan cuma diam dan meratapi nasib. Masa iya
aku mau maksa mereka putus? Udah gila kali!
Lagipula
dia kelihatannya seneng kok. Yaudah, aku cuma bisa pasrah kan? Aku juga nggak
mau bikin dia sedih atau bingung dengan kelakuanku nanti. Aku nggak mau juga
bikin dia jadi ilfil. Udah cukup yah. Kalo ada yang harus sedih, orang itu
adalah aku. Aku yang pengecut, yang nggak mau ngejar cintaku sendiri. Yang
nggak mau nunjukkin ke dia tentang perasaanku. Dan aku nggak pantes nangis
kayak gini.
Nggak
seharusnya aku menyesali hal ini. Aku sendiri yang memilih untuk tetap diam
selama 2 tahun terakhir. Nggak ada yang bisa disalahkan selain aku sendiri.
Jadi tangisan ini adalah hukuman untukku. Cukup sekali aja aku begini. Nggak
lagi-lagi. Stop. Lebih dari ini atau aku nggak akan pernah bisa berhenti
menyesal.
Kusingkap
selimutku. Kemudian kulipat dan kuletakkan di ujung tempat tidur. Kurapikan
bantalku dan kutumpuk gulingku diatasnya. Kusibak gordenku, kubuka jendela
lebar-lebar sambil menghirup udara pagi yang kaya oksigen dan membiarkan sinar
matahari menimpa wajahku dan menghapus bekas kesedihan yang sempat
menyelimutiku.
you know, when I told you to update your blog, I didn't expect something like this sist, but well... I know you're desperate for this thing, but I already told you to... move on.
ReplyDeleteJust believe that something good will come to you in the end of the day, whatever it is, just believe in that...
it's not good to know that you're not happy there, and I'm not around you, I want to hug you sist :*
well... I coulnd't say much because I know it's all up to you in the end, FIGHTING sist, and good luck! ^_^ smile always!
even I myself didn't expect any kind of this post. its just flow out of my mind. well, maybe I still can't erase `that`, but I've tried my best. really I do.
ReplyDeletene, miss you so much :* bogoshippoo~~
ne, arasseo, gumawo ^^
semangat ya.. :) tuhan punya rencana yang baik dibalik semua itu.
ReplyDelete