Sunday, 5 September 2010

Indahnya Berbagi

banyak banget pengalaman yang saya rasakan selama Bulan Puasa. sungguh merupakan keajaiban bagaimana Allah bisa membuat kehidupan saya begitu penuh makna selama Bulan Puasa. dengan berbagai cobaan yang ditimpakanNya kepada saya di awal, membuat saya merasa ingin melarikan diri dari segala masalah. namun Allah tidak akan pernah memberikan cobaan yang tidak mampu dipikul oleh hambaNya. dan sungguh ajaib ketika sekarang, di penghujung Ramadan ini, Allah memberikan padaku sebuah pelajaran tentang berbagi.

Saya adalah salah satu remaja masjid yang ikut mengurusi kegiatan selama Bulan Puasa ini. yang paling sering adalah acara buka bersama. saya memang selalu berusaha untuk ikut, walaupun terkadang ada saja hambatannya entah ada acara disini atau acara disitu.
tugas saya sebenarnya sangat sederhana dan simple dan mudah sekali, yaitu menyiapkan teh untuk berbuka dan membagikan makanan bagi anak-anak kecil yang biasa berbuka di masjid setelah sorenya melaksanakan kegiatan pesantren kilat.
setelah menuangkan teh, sambil menunggu waktu berbuka saya akan menyiapkan snack yang akan dibagi, sehingga nanti ketika anak-anak itu masuk ke tempat untuk berbuka, mudah bagi saya untuk membagikannya.
awalnya, saya hanya menjalankan tugas. bagi saya itu semua adalah kewajiban yang saya lakukan. tapi ketika saya membagikan snack kepada anak-anak, kemudian mereka dengan tertib duduk setelah memilih teh, saya merasa..... senang? bahagia? atau.. saya tidak tahu bagaimana menggambarkannya. bukan senang karena saya tugas saya sudah selesai, bukan juga karena saya suka anak kecil. entahlah. saya tidak tahu perasaan macam itu.

Kemudian pada suatu malam, saat sedang teraweh. Saat itu saya sedang flu berat, pilek dan batuk. pileknya tida terlalu parah,
tapi batuknya cukup mengenaskan. batuknya kering, sehingga saya tidak perlu membuang-buang riak. tapi justru itulah, kena angin sedikit, langsung batuk. saya berusaha memilih tempat yang terlindung dari angin, tapi tetap saja, batuk-batuk terus. saat itu saya agak menyesal kenapa tidak teraweh di rumah saja. tapi sudahlah, buat apa disesali. semoga saja berkah.
di tengah-tengah, ketika selesai roka'at ke... saya tidak begitu ingat, tiba-tiba ada seorang ibu yang menyodorkan minyak kayu putih. saat itu saya tidak begitu mengerti maksudnya karena bising sehingga tidak jelas mendengar perkataannya, jadi saya tolak dengan halus. kemudian saat para jama'ah sudah mulai berdiri lagi, saya mendengar ibu-ibu tadi bicara dengan ibu yang ada di depannya.
"kasihan sekali, batuknya parah..aku melas lho.." begitu kira-kira yang kutangkap.
saat itu juga rasa hangat menjalari hatiku. padahal ibu itu hanya menawariku minyak kayu putih, tapi aku merasa begitu terharu.. masih ada orang yang begitu perhatian. padahal saya tidak mengenal ibu-ibu itu sama sekali! Subhanallah..

Kebetulan, sebagai pengurus osis, saya termasuk dalam Panitia zakat fitrah. minggu terakhir sebelum liburan, saya dan kawan-kawan mengurus siswa-siswi dan guru yang membayar zakat. dari mulai menuntun membacakan doa, mengarsipkan jumlah, sampai mengangkut-angkut beras dan mengganti plastik yang bocor, semua kami lakukan.
awalnya melelahkan sekali. lagi Puasa, disuruh ngangkutin beras! ckckck
selama 3 hari penuh, selasa rabu kamis, aku dan beberapa pengurus osis yang termasuk panitia zakat tidak mengikuti pelajaran sama sekali. kami disibukkan pula oleh pak guru agama yang mau semuanya serba sempurna sehingga kami harus teliti sekali.
pada hari Jumat, tiba saatnya pembagian zakat. sebelumnya pada hari kamis, kami sudah membagi-bagikan kupon zakat. sehingga insyaAllah pembagian zakatnya tepat sasaran.
nah, Jumat pagi, saya disuruh pak guru untuk pergi ke Pertuni mengantarkan kupon zakat. saya bingung Pertuni itu apa dan dimana?? saya ajak beberapa teman untuk menemani.
ternyata Pertuni itu, Persatuan Tunanetra Indonesia. dan salah satu cabangnya letaknya cukup dekat dari sekolah.
ketika sampai, saya tertegun. saya melihat seorang ibu yang bersandar di tembok yang matanya (maaf) cacat. ketika saya masuk, saya disambut oleh seorang nenek yang kurus keriput, tapi sepertinya penglihatannya masih normal. saya menghaturkan salam dan menjelaskan sedikit maksud kedatangan. setelah itu saya serahkan kuponnya. sang nenek menghitung jumlahnya. saat sang nenek selesai, muncullah seorang kakek dengan kacamata hitam berjalan terseok-seok. bahkan sekali kakinya terantuk kursi. teman saya kemudian menjelaskan lagi maksud kedatangan kami, karena dilihatnya saya sepertinya tidak bisa berbicara.
kemudian tangan si kakek terangkat hendak mengambil kupon. sang nenek menyodorkannya, tapi tangan si kakek hanya menggapai-gapai udara. si nenek kemudian memegang tangan si kakek dan menaruh kupon-kupon itu di tangan si kakek.
tidak berapa lama kemudian kami sudah kembali ke sekolah. aku tidak banyak berbicara setelahnya. hanya melayani orang-orang yang berdatangan untuk mengambil zakat. rasanya begitu tak terlukiskan ketika orang-orang itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
setelah beberapa lama, datanglah kakek yang tadi dari Pertuni. kakek itu berjalan perlahan dengan bantuan tongkat. aku sempat khawatir jangan-jangan kakek itu akan terjatuh, karena ruangan tempat menyimpan zakat memang agak rendah dan ada selokan kecil diantara teras ruangan dengan lapangan.
tapi kekhawatiranku tidak berlangsung lama karena kemudian orang yang mendampingi kakek-kakek itu segera membantu. tidak ada yang bisa kulakukan selain dengan cekatan memasukkan plastik2 berisi keras ke dalam karung sesuai dengan jumlah kupon.
setelah itu, karung kami gotong beramai-ramai. di dekat meja penerimaan, si kakek kemudian menghampiri dan memegang karung tersebut. kemudian beliau berdoa. tidak terasa saat itu air mataku menetes.
aku heran pada diriku sendiri kenapa aku begitu buta terhadap sekelilingku? kenapa aku tidak menyadari orang-orang seperti kakek itu?

Ya Allah, engkau sajikan di depan mataku, apa yang selama ini belum kulihat dan kusadari.
Aku terharu sekaligus bersyukur, karena aku termasuk dalam Panitia zakat sehingga aku bisa melihat dan merasakan semua itu.

Selama ini ibu selalu mengajarkan aku untuk berbagi, entah dalam hal makanan ataupun jatah main komputer. baru sekarang ini aku benar-benar paham dan merasakan rasanya berbagi dengan orang lain.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas kesempatan yang kau berikan padaku.

No comments:

Post a Comment

Your comment is my pleasure. But please keep your word "save" for the readers :D